menceritakan pengalaman dalam bentuk narasi
setelah sekian lama saya tidak posting apapun karena bulan ini merupakan bulan tersibuk bagi saya. karena banyak tugas. akhirnya saya punya waktu luang untuk berbagi untuk kawan2 The Motivator. postingan kali ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh guru saya. Tugasnya lumayan berat karena saya disuruh membuat naskah menceritakan pengalaman dalam bentuk narasi. yaaa... langsung saja. ini karya saya. kritik dan saran sangat saya butuhkan demi kelangsungan blog saya ::
Pengukuhan Lembaga Studi Pelajar Mahasiswa(LSPM)
Muslim Cendikia
Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 2 februari 2013.
Aku mendapat undangan dari pengurus LSPM Muslim Cendikia kabupaten wajo untuk menghadiri acara pengukuhan organisasi
di pemandian air panas Lejja. Saya juga mengajak dua teman saya yaitu Ichsan
dan Arham. Kesepakatan dari pembina dan pengurus LSPM yakni mobil akan
berangkat jam 2 siang. Jadi, kami kami sudah bersiap sejak jam 1 siang. Tepat
pada jam setengah 2 siang, saya berangkat ke jl. Maluku sengkang. Setelah
sampai disana, saya melihat Ichsan sudah duduk tenang di teras rumah kerabat
saya yang bertempat tinggal di jl. Maluku. Tapi, disana saya belum menjumpai
Arham. Saya lantas mengirim pesan singkat untuk menanyakan keberadaannya. Tak
lama kemudian, saya menerima pesannya yang mengatakan “Saya berada di
lingkungan SMA Negeri 1 Sengkang”. Setelah menerima sms itu, saya langsung
tancap gas menuju sekolah saya yaitu SMA Negeri 1 Sengkang. Sesampainya di
sekolah, saya melihat keramaian di dekat lapangan basket. Lalu, saya mendekat
ke keramaian itu. Ternyata, akan diadakan PerSaMi oleh para bantara dan calon
bantara SMA Negeri 1 Sengkang ambalan Hasanuddin-Kartini. Saya berjumpa dengan
teman saya yang merupakan calon bantara dan berbincang-bincang cukup lama
sampai saya lupa tujuan saya ke tempat itu. Saya tiba-tiba dikagetkan oleh
seseorang yang muncul dari belakang teman saya dan wajahnya tidak asing bagi
saya. Ternyata itu adalah Arham, tujuan utama saya ke sekolah ini. Saya minta
maaf karena lupa untuk menjemputnya. Setelah bertemu dengannya, saya langsung
menuju ke tempat Ichsan berada. Sesampainya disana, saya bertemu dengan
keluarga saya.
Waktu telah menunjukkan pukul 14.30. Tapi, mobil
yang menjemput kami tak kunjung datang. Keringatku bercucuran karena udara pada
siang hari itu sangat panas. Tak lama kemudian, muncul sesosok pria dengan
motornya. Pria itu adalah Udzt. Karim. Beliau adalah salah satu pembina LSPM
Muslim Cendikia. Beliau membawa kabar bahwa mobil yang akan dikendarai belum siap.
Udzt. Karim dan ayah saya bergegas menuju tempat penyewaan mobil untuk menyewa
1 mobil untuk dikendarai. Setelah mendapatkan mobil yang cocok, kami berangkat
menuju kantor DPD salah satu partai islam di Indonesia yaitu PKS. Kami
berkumpul disana karena partai inilah yang menanggung semua biaya kami selama
berada di lejja. Sesampainya di kantor DPD, kami tidak langsung berangkat
karena kami masih menunggu beberapa orang yang akan ikut serta dalam pengukuhan
organisasi kami. Keluarga saya memilih untuk mengandarai mobil dengan AC. Tapi
setelah memeriksa mobil itu, saya melihat ada bungkusan berwarna kuning yang
tergantung di dekat tuas persenelan. Ternyata bungkusan itu adalah parfum
dengan aroma jeruk. Jujur saja, saya sangat tidak suka dengan semua parfum yang
beraroma jeruk. Jia saya berkendara bersama parfum itu, saya jamin saya akan
mabuk di tengah jalan. Jadi, saya lebih memilih mobil butut berwarna merah.
Jadi, kedua teman saya terpaksa ikut dengan mobil yang saya pilih. Mungkin
mereka malu berkendara dengan orang yang belum mereka kenal. Rombongan Kami yang
terdiri dari 6 mobil baru berangkat setelah shalat ashar berjamaah di masjid.
Bisa anda bayangkan, dari pukul 14.00 molor sampai pukul 16.45. Astaghfirullah.
-->
Yang mengendarakan mobil butut berwarna merah ini
adalah mas Ali. Beliau belum cukup menguasai teknik mengendarai mobil. Di dalam
mobil bukan hanya kami berempat. Di dalam mobil juga ada 5 orang pengurus LSPM
dan salah satu dari mereka adalah ketuanya. Di perjalanan kami seringkali kaget
dengan cara berkendara mas Ali. Setelah sekian lama berkendara, Tibalah waktu
maghrib. Kami serombongan singgah untuk melaksanakan kewajiban kami sebagai
umat muslim. Kami menjamak shalat maghrib dan shalat isya agar lebih
memperlancar perjalanan kami. Sebagaimana
yang kami ketahui, jalan menuju Lejja terdapat banyak tanjakan yang terjal.
Jadi, mas Ali beranjak pindah dari kursi supir menuju kursi penumpang dan
digantikan oleh salah satu pengurus LSPM yang telah memiliki jam terbang yang
lumayan untuk melewati jalan menuju Lejja. Mobil yang kami kendarai ini juga
memiliki masalah yaitu tidak terlalu cepat dalam menerima gas dari supir.
Alhasil, di setiap tanjakan yang kami lalui, kami harus turun untuk mengganjal ban
mobil agar dapat menanjak dengan baik. Alhamdulillah kami selamat sampai tujuan
sekitar jam 9 malam.
Sesampainya di kawasan pemandian air panas, kami
beristirahat sejenak di vila yang telah di-booking sejak jam 3. Setelah
beristirahat sekitar 15 menit, kami santap malam dengan makanan yang telah
dibawa dari kantor DPD. Sebelum tidur, ketua umum DPD PKS memberikan siraman
rohani. Sebelum tidur, pria dan wanita dipisahkan. Pria tidur di vila bagian
depan dan wanita tidur di vila belakang. Tapi, Saya, Ichsan, dan Arham memilih
untuk berendam terlebih dahulu di salah satu kolam yang ada di kawasan
permandian. Kami diharuskan untuk memakai celana panjang dan baju untuk menutup
aurat. Setelah lelah dari berendam. Kami tidur pulas.
Alarm-ku berdering tanda waktu menunjukkan jam 3 dini
hari. Aku mengatur alarm-ku agar berdering pada jam 3 karena kami
serombongan akan melakukan shalat malam berjamaah sebanyak 9 rakaat. Shalat
malam dipimpin oleh salah satu pengurus LSPM yang juga merupakan teman Ichsan
di tempat penghafalan Qur’an. Setelah shalat malam, kami menunggu datangnya
shalat shubuh. Ada yang berbincang-bincang, ada yang tidur, tapi kebanyakan
yang mengaji. Setelah membaca 2 lembar Al-Qur’an, akhirnya waktu shalat subuh
datang. Yang memimpin shalat shubuh adalah ayah saya sendiri. Setelah shalat shubuh,
aku, Ichsan, dan Arham menuju ke warung yang berada di sekitar kawasan
pemandian untuk membeli telur. Kami ingin memasak telur itu dengan menggunakan
air yang paling panas di pemandian ini. Kami berjalan menuju tempat teratas
dari pemandian ini untuk merebus telur. Setelah kami meletakkan telur itu di
air yang panas, Kami melihat pohon yang di bawahnya adalah sumber mata air.
Tapi setelah memerhatikan secara seksama, di rantingnya banyak tergantung
barang-barang seperti botol, kaleng, gelas, bahkan ada uang. Saya langsung
menarik kesimpulan bahwa ini pasti ulah orang jahiliyah yang menyekutukan Allah
S.W.T. Setelah berdoa agar orang musyrik ini sadar, saya mengajak teman saya
untuk berenang di salah satu kolam sembari menunggu telur kami sampai matang. Setelah
sekian lama berenang, kami mendapat panggilan karena acara pengukuhan
organisasi LSPM akan segera dimulai. Kami lantas bergegas menuju tempat kami
memasak telur. Saya memeriksa salah satu telur yang retak dan membuka sedikit
bagian yang retak itu. Ternyata, telur itu belum matang. Padahal kami telah
memasak telur itu sejak selesai shalat shubuh. Kurang lebih tiga jam. Setelah
kecewa melihat hasil telur yang kami masak, kami langsung menuju ke acara yang
akan dimulai.
Pada pelaksanaan acara, kami telah berikrar akan
menjaga nama baik organisasi dan hidup berdasarkan Firman Allah dan sunnah
Rasul. Setelah berikrar, ketua umum memberikan sambutan dan motivasi kepada
kami, para anggotanya agar tetap semangat dalam mengembangkan organisasi yang
telah resmi dibentuk ini.
Setelah acara selesai, saya, Ichsan, dan Arham
berlari menuju tempat kami memasak telur. Setelah sampai disana, kami kaget
karena mendapati telur kami sudah tidak ada. Saya memperhatikan sekitar dan
melihat telur kami ada di di bawah rumah panggung penjaga mata air yang telah
lanjut usia. Telur yang kami masak ada 6 telur. Tapi sewaktu direndam 2 telur
kami pecah dan isinya keluar berhamburan di sekitar mata air. Kami sangat
penasaran dengan rasa telur yang dimasak pada air panas permandian lejja. Tapi,
kami tidak sampai hati meminta telur itu. Karena rasa penasaranku, saya memberanikan diri untuk meminta 1
dari 4 telur yang kami masak. Ternyata, tidak ada satupun telur yang sudah
matang dan siap dikomsumsi. Kami memberikan telur itu kepada bapak penjaga mata
air pemandian lejja. Dengan rasa kecewa, kami pergi ke vila untuk mengganti
baju dan mandi di kolam air hangat.
Setelah puas melampiaskan kekecewaan kami, kami
lalu membereskan barang-barang karena durasi penyewaan vila sudah hampir habis.
Sebelum pulang, mobil butut merah yang akan kami kendarai untuk pulang
diperiksa. Ternyata, rem tangan dari mobil itu tidak rapat. Jadi, mesin mobil
menjadi panas dan susah untuk dikemudikan. Setelah kerusakan itu diperbaiki,
kami bergegas untuk pulang. Alhamdulillah kami sampai di rumah masing-masing dengan
selamat tanpa ada gangguan di perjalanan.
Semoga bermanfaat. salam The Motivator.
0 Response to "menceritakan pengalaman dalam bentuk narasi"
Posting Komentar